This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 26 Januari 2013

Cerita Bersambung - Jonny Double L (7)


Minggu siang ini, suasana memang tak begitu terik seperti biasanya. Dan angin pun banyak yang berhembus. Bermalas-malasan sambil bersiul, pasti tak ka nada burung tetangga yang mati karena siulanku ini.
“Hei, bangun! Cepetin aja deh, kita keluarnya!”
“Woy, ngak ada cara yang lebih halus lagi apa? Orang lagi nyantai juga! dan satu lagi, panggil gue Jonny! Are you copy me?” dengan nada sedikit meniru perkataan Tya tadi pagi.
“OK. Now, Jonny, get up and prepare yourself.”
Padahal seperti menyuruh anak anjing mengambil bola benang jahit, tapi masih saja perkataannya ini aku ikuti semuanya. Menuju kamarku. Mengganti pakaianku. Dan memeriksa lembaran yang berjajar rapi saat ku buka lipatan dompet Levi’s coklat ini. Untuk memastikan bahwa aku tak kan malu saat membelikan perempuan cerewet itu pakaian. “Siap! Semuanya siap! Dan saatnya menunjukkan kepada perempuan itu, kalo ini lelaki keren ngak kere-kere banget”, dengan jumawa aku keluar dari kamarku ini.
“Are you ready, Jonny? What will we do first?”
Waaaaaw, perempuan ini bertambah cantik dengan gaun malam yang sepertinya tak cocok dengan keadaan cuaca saat ini. Anehnya, aku masih ingin sekali mengucapkan langsung kalo lo memang cantik. Tapi apa daya, gengsi lebih merajai hatiku, “Lo bilang ngak punya pakaian, kok ada pakaian semewah ini? Dapet nyolong dari mana lo?”
“Lo emang cerewet ya. Uda cerewet, pikun pula. Ini baju gue semalem. Dan uda gue cuci pake mesin cuci lo, jadi cepet kering. Dan bukan dapet nyolong. JELAS!”
“Uda, kalo pake ginian buat cari kerja, yang ada malah dapet kerjaan jadi wanita malem”
“Hei, mulutnya!”
“Jadi, sekarang, kalo lo mau punya pakaian, jangan banyak protes, jangan banyak ngomong. Terlebih lagi kalo lo pengen ceramahin gue. Sekarang, mau ikut atau ngak?” Wahh, rasanya kali ini aku yang menang di pertempuran kali ini. Rasakan Tya! Jangan banyak bicara. Sekarang tau kan kekuatan seorang laki-laki?
“Jonny, cepetan. Kenapa bengong? Sekarang kita pilih pakaian dulu, terus baru cari kerjaan, dan lebih bagus lagi kalo kita ke Mall aja, kan banyak pusat belanja disana. Dan juga ngak buat derajat gue jadi turun nantinya. Ooiya, lupa. Satu lagi, kita makan siang diluar aja yah, kan gue ngak sempet buat masak, jadi makan diluar kayaknya lebih asik nih. Dan kalo masalah menunya, gue aja yang pilihin ya? Takutnya lo salah pilih makanan ntar.”
Hah, belum ada juga satu jam, eh kok bisa kebalik lagi kayak gini yah? Perempuan ini pake jimat apa sih? Bulu ketek siapa yang dibawa ini perempuan setiap hari? Bisa buat aku seperti ini. Kalo ngak cantik, ah, udah lama aku usir perempuan yang modelnya seperti ini. Sudah banyak bicara, keras kepala lagi. Berarti wajar aja kalo perempuan yang kurang atau malah ngak cantik sama sekali iri dengan yang cantik. Karena emang orang cantik itu lebih mudah dapet pertolongan dari orang lain, khususnya laki-laki.
Agak sedikit diskriminasi pemberian Tuhan memang. Tapi kenyataannya memang seperti itulah yang terjadi. Meskipun ngak jarang juga orang yang kurang cantik ini dalam keadaan yang bernar-benar membutuhkan pertolongan orang lain. Tapi sebaliknya, yang cantik tidak benar-benar membutuhkan pertolongan, tapi pasti masih ada lelaki yang datang membantu, dengan menjadi pahlawan kesiangan. Sekarang, aku berada di posisi yang seperti apa ya? Salah? Atau benar? Aku berharap benar apa yang kau lakukan ini. Dan kalo kondisi seperti ini, siapa yang harus disalahkan? Ya siapa lagi, pasti kerjaannya Tuhan. Hei Tuhan, mengapa Engkau tak menciptakan kami manusia ini satu jenis saja, sama-sama cantik dan juga tampan untuk laki-lakinya. Pasti tak akan ada ajang pemilihan nona cantik sedunia, ataupun nona-nona cantik yang dijadikan duta pariwisata. Karena setiap perempuan berhak menjadi seperti itu, karena memiliki kecantikan yang sama.
“Taksi! Taksi! Woy!”
“Eh, Jonny, kayak gue ngak mau naek taksi deh. Gimana kalo  kita naek bus aja?”
“Hah? Ngak salah? Jadi ngak apa-apa nih kalo naek bus umum?”
“Yap, I want to enjoying condition like this. And just doing like what I say. Are you copy me?”
“Cerewet. Itu ada bus yang mau stop. Cepet!” aku ngak tahu pasti apa yang difikirkan oleh perempuan satu ini. Tapi ini bukan masalah buat ku. Karena aku juga biisa menghemat pengeluaranku. Oiya, pengeluaran. Kalo dia belum juga dapet pekerjaan, sudah jelas aku ngeluarin uang ekstra untuk bulan ini. Apa yang harus aku lakukan? Ya, Boy dan Doni! Baiklah, selagi belum sampai ditempat tujuan, aku harus meminta pertolongan dua sahabatku ini. Cara cepat dan tak kan menggangu mereka adalah dengan SMS. Ada sedikit pencerahan, hahaha, semoga saja akan membuahkan hasil. Aku berharap banyak dengan kalian sobat.
“Hei, Jonny? Ponsel lo bagus juga. Gue juga mau satu dong?”
“Kayaknya lo yang emang bener gila. Lo mau ngerampok gue? Belom juga selesai satu urusan, sudah nambah urusan laen. Gila lo ya?”
“Kalo ngak punya duit, ya ngak perlu. Kan gue ngak maksa lo, Jonny.”
“Ahh, alesan aja. Nanti kalo uda dapet ponsel baru, lo minta rumah gue kan?”
“Kayaknya, lo deh yang mulai gila, gila karena takut dirampok. Sedih banget hidup lo, John? Eh, Jonny? Naek bus, ternyata asik juga ya? Banyak orang dengan kegiatan masing-masing. Tapi John, apa semua orang disini saling kenal ya?”
“Heh, orang aneh! Naek bus aj dibilang asik. Kampungan lo. Naek bus, ya gini-gini aja, ngak ada bedanya. Dan buat apa juga semua orang harus tahu satu sama lain. Ngak penting banget pertanyaan lo, perempuan aneh.”
“Ngak aneh kok Jon. Dasar lo aja yang goblok. Kalo ngak saling kenal kan ngak bisa saling ngbrol, ngak bisa tanya kabar kalo pertama kali ketemu. Dan ngak bisa ketawa bareng.”
“Kayaknya lo emang bener aneh. Alien dari planet mana sih loh? Mau invansi ke bumi ya? Tunjukin wujud asli lo. Sekarang juga!”
“Childish banget sih?! Dasar kampungan. Bawa-bawa alien, emang lo berharap jadi superhero apa kalo gue emang asli alien? Ahh, childish!”
“Ngak, enak aja bilang orang sembarangan!”
“Eh, Jonny, berapa banyak sih temen lo? Lo sendiri lebih milih hidup ini saling kenal satu sama lain, atau, ngejalani hidup yang bosen, kalo perlu aja baru harus kenal orang yang kita maksud?”
“Hah??”, ini perempuan emang beneran aneh ya. Banyak banget yang ngak aku ngerti tentang dia. Perempuan emang makhluk yang rumit.
“Jawab, goblok! Ngak pake bengong!”
“Hei, arrrgggh!!! Pasang telinga lo besar-besar perempuan aneh. Gue seneng dengan hidup gue sekarang ini. Walopun temen gue cuma beberapa orang aja, tapi gue seneng dan jelas gue bahagia. Dan juga, gue ngak butuh kenal setiap orang, tetangga gue aja gue ngak tahu siapa aja. Dan kalopun gue lagi butuh dengan orang lain, kalo dia ngak mau bantui gue, ya ngak masalah buat gue. SUDAH JELAS, NONA ANEH”
“Hei, Jonny, ayo turun. Uda sampe. Buat apa lo marah-marah sama diri lo sendiri, marah-marah sambil liati kaca bus, dasar orang aneh, kampungan!”
“Woy, sialan. Tunggu goblok!”
“Lamban bener sih. Jonny, kita makan dulu aja yah, perut gue udah laper banget nih. Gimana kalo kita makan fastfood atau ngak junkfood aja?”
“Gimana kalo kita pilih restoran yang…, woy, gue belum selesai ngomong sama lo. Woy perempuan alien!”
“Udah, cerewet banget sih. Ikutin gue aja. Jadi ngak pusing kepala lo. Dan jangan banyak bicara!”
“Woy, perempuan aneh. Siapa yang bayarin siapa ini. Enak aja. Gue milih tinggal disini.”
“Bukan urusan gue. Do whatever you want to do, boy! Kalo lo mau ngikutin gue, ayo, gue ngak larang.”
“Dasar, perempuan aneh, bisa ya lo dilahirin di dunia ini. Kalo lo ada apa-apa dijalan bukan urusan gue lagi. Dan lo ngak akan bisa tidur dirumah gue lagi!!” sepertinya, amarahku sudah meluap dan kucurahkan dengan semua teriakanku ini. Dan sebaiknya aku teriakkan, “AKUU BEEBAAAASS!” Biar saja orang melihat ku aneh. Tapi aku senang. Dan, dompetku tadi? Mana dompetku tadi? Hah? Oh tidak, aku menjatuhkannya, dimana aku meletakkannya tadi? Aku tak punya uang sepeserpun saat ini. Mungkin jatuh di sekitarku.
“Hei Jonny!”, mungkin salam terakhirnya padaku dengan melambaikan tangan kanannya dengan, dompet coklat. Hah? Dompetku! Ya, itu dompetku. Perempuan sialan! Awas kau!
“Woy, perempuan alien, tunggu! Balikin dompet gue! Woy!” sambil berteriak dan berlari aku mengejarnya. “Mana dompet gue? Dasar, lo copet ya? Awalnya minta tolong, tapi sekarang keliatan bau ketek asli lo. Mana lagi barang-barang rumah gue yang lo ambil?”
“Hei, mulutnya! Ngak pernah sekolah yah? Ini ambil dompet lo yang murahan. Sekarang kita makan dulu. Jadi, jangan banyak bicara, dan jangan protes.”
“Dasar, alien!”
“John, kita duduk disana aja ya. Eh, kalo makan siang lo biasa makan apa?”
“Makan nasi.”
“Sekarang lo ganti menu, buat hari ini lo cicipin makanan disini.”
“Emang lo uda pernah makan disini?”
“Belom. Mas, Ice Cappucino dua, dan beaf steak nya juga dua. Ditambah lagi ice cream chocolate nya mas. Makasih. Eh, Jonny, silahkan makan yang udah gue pesen, jangan banyak tanya, jangan protes. Selesai makan kita cari pakaian buat gue.”
“Cari aja sendiri. Kan yang butuh pakaian, lo, bukan gue.”
“Jonny, enough!”
Hah, Cuma dengan kata ‘enough’ aku langsung saja diam dan menikmati makan siang ini. Dan juga dirinya, tak ada kata-kata yang keluar darinya setelah itu. Pusing, bingung, perempuan ini seperti apa sifat aslinya. Dasar Alien Pencepot, bukan Alien Pencopet!

Jumat, 25 Januari 2013

Cerita Bersambung - Jonny Double L (6)


Kepalaku terasa dangat berat saat kuangkat dari bantal tidurku yang sudah mulai menipis karena aku pakai. “Ahh, apa yang salah sih, semalam aku tak segelas pun minum, dan aku juga yakin dua temanku itu ngak tega kasih obat tidur ataupun obat perangsang untukku semalam. Ataukah, Engkau Tuhan yang  sudah memukuli kepalaku malam tadi? Kalau memang benar aku takkan tinggal diam, akan ku balas Kau?”, hah, membalas? Untuk bertemu Dia pun aku belum siap, mulai lagi keanehan yang konyol dari diriku ini.
Kemudian ku ambil handuk yang ada di kursi tepat didepan PC-ku, dan terlihat sudah jam 7.30, dan mungkin untuk sedikit bermalas-malasan tak akan ada yang protes sama sekali. Dengan santai aku pun melangkahkan kakiku keluar kamar dan langsung menuju kamar mandi untuk membasuh muka kusut plus semerawut dan juga penuh lebam seperti orang yang tidak tidur seharian.
“Hemmb, sedap sekali bau masakan ini. Jadi laper nih. Pasti tetangga sebelah lagi banyak duit nih, buat makanan segini harumnya. Tapi aku mau juga sih kalau-kalau dapet bagian. Haha, pagi-pagi sudah ngarep aja.” Terus saja aku bergumam sampai aku selesai dengan mukaku. Tapi, pagi ini tenggorokkanku benar-benar terasa sangat kering, seperti mesin yang sudah kehabisan oli mesinnya. Aku mengarah ke dapurku yang jarang terjamah oleh tanganku. Mengambil sebotol air dalam lemari pendinginku. Kubuka tutupnya, “Glek, glek, glek, ah, segerr benerr. Ngak tau nih, sakit perut atau ngak, belum apa-apa sudah minum air dingin aja pagi gini.”
Badanku langsung berbalik kanan, berniat untuk tidur lagi, ah memang aku ingin bermalas-malasan hari ini. Dan juga…
Kenapa ada banyak makanan pagi ini dimeja makanku? Hei Tuhan, apa Kau sudah repot-repot untukku kali ini? Kalau memang benar aku tak kan lagi memarahi dan kesal padaMu. Tapi untuk satu atau dua hari saja ya, biar kita lebih akrab. Hahaha, kan memang..
“Hei?”
Dengan spontan aku terkejut, suara Tuhan pagi ini seperti perempuan. “Tuhan, Kau seorang perempuan ya? Apa Kau belum berencana untuk menikah?”
“Hei, bego! Mana ada Tuhan yang  mau nikah!”
Langsung aku berbalik. Dan apa yang kulihat? Tapi aku yakin ini mimpi. Ada gadis cantik, manis, anggun, hidungnya mancung, bibir tipis yang terus menerus basah, tak senyum pun masih cantik, rambut hitam panjang, bergelombang, aduhai tingginya yang 168-170cm yang aku kira-kira. Senyumku terbuka lebar hanya dengan memandangi dirinya yang menggunakan kemeja hitamku yang sudah jelas kebesaran untuk ukuran badannya. Senyumku tak kunjung hilang. Tuhan kali ini kau sangat baik padaku, mimpi yang Kau berikan buatku tak mau segera bangun. Handukku, kubiarkan terjatuh, langkahku langsung mengarah ke perempuan ini, salah, perempuan cantik ini. Aku pegang kedua tangannya, “Terima kasih, ya. Terima kasih untuk pagi ini, terima kasih untuk makanan ini, dan juga terima kasih untuk hadir di mimpiku”. Dengan pasti mataku terus menatap sepasang matanya yang indah, dan kekecup bibir tipis ini. Tuhan, jangan pernah Kau rampas mimpiku seperti ini, kalau ini terjadi, akan ku cari dimana Kau berada.
Prraaaakkk! Praaak!
Yah, begitulah, sepertinya mimpi ini berakhir dengan dua tamparan dari tangan halusnya untuk kedua pipiku. Tapi, aku masih saja tersenyum indah. Dan juga sepertinya aku belum berniat untuk bangun saat ini. Dan kulihat kaki indahnya bergerak seolah melangkah mendekatiku. Dan, JACKPOT!!
“Adaaaaww! Kena banget! Tepat sasaran! Aduhhh, ahh, habiss sudah keturunan gue. Ahh sialan, mimpi yang berakhir menyakitkan.”
“Gila lo ya? Ngak sopan banget sih lo, cium orang ngak nanya-nanya dulu sebelumnya. Ahh, ternyata lo juga brengsek ya? Alesan aja kalo masih mimpi.”
“Hah? Ini nyata yah? Serius?”, langsung badanku berdiri. Tak percaya. Tak yakin. Semuanya jadi satu. Dan lagi senyumku terbuka lebar. “Hahahahaha, terima kasih Tuhan, ternyata segel ini lepas, sudah terleepaaasss!” Praaaak! “Hei, kok lo nampar lagi sih? Apa lagi yang salah?”
“Lo memang gila yah? Apa yang segel lepas? Apa lo orang yang kena gejala autism yah?”
“Maaf ya, mungkin karena begitu senangnya, aku sampe lupa sekelilingku. Tapi memang bener aku kira tadi semua ini mimpi dalam tidurku. Jadi mumpung masih mimpi aku fikir jadi aku terusin. Hehehe. Dan yang tadi itu, karena ini ciuman pertama buat aku. Hahaha”
“Kayaknya, selain gila, lo juga sinting dan bego ya! Ciuman pertama aja heboh bener. Ah, kampungan! Udah, itu udah gue siapin sarapan buat kita  berdua. Jangan banyak tanya, jadi tinggal makan aja, kalau ngak tahu, langsung dimasukin kemulut aja makanannya.”
Ke meja makan, masih senyum sendiri. Dan waktu makan pun masih senyum sendiri. Hahaha, begitu ya rasanya bersentuhan bibir, apalagi bibirnya tipis, indah, dan… aku tak tahu lagi bagaimana membayangkannya.
“Eh, bego. Makan tinggal makan aja, jangan kayak orang gila baru ketemu makanan. Karena gue mulai ngak nyaman makan dengan kondisi yang kayak gini. Kayak dirumah sakit jiwa!”
“Hehehe, iya maaf. Kan emang kayak gini kalau baru pertama ngarasain yang gituan. Tapi apa lo udah pernah ngerasain sebelumnya ya? Yang tadi itu? Uda pernah ya?”
“Bukan urusan lo, bego!”
“Hei! Gue lupa, lo siapa? Masuk-masuk rumah orang tanpa izin? Gue lapor polisi lo! Udah maen pukul sembarangan, pake baju orang. Wuahh, banyak banget pelanggaran lo, tau kan!”
“Semalem kan, lo yang kasih izin kalo gue boleh nginep disini, boleh peke baju lo, dan juga boleh makan disini. Jadi, semua pelanggaran yang lo maksud itu ngak bakal bisa masukkin gue ke penjara. Malah mungkin lo yang harus siap-siap masuk penjara karena kasus pelecehan terhadap perempuan!”
“Hah? Kapan? Itu kan ngak disengaja!”
“Ngak disengaja memang, tapi kenapa lo terusin? Ternyata, muka masih bisa menipu ya. Gue kira orang seganteng lo ngak brengsek, tapi nyatanya. Ahh, bukan urusan! Sekarang gue minta uang ganti rugi 25jt aja!”
“Hah, gila lo! Mana ada duit sebanyak itu. Lagian kan kalo bibir di club malem Cuma 50ribuan doang kok?”
“Hah! Kelewatan banget sih lo, nyamain gue sama perempuan murahan diluar sana? Selain pelecehan, lo juga uda pencemaran nama baik, tau ngak! Udah, kalo lo ngak punya uang segitu, jadi jangan pernah lo larang gue untuk tidur disini sampe kapanpun yang gue mau. Dan juga makan. Cukup. Ngak ada negosiasi lagi! Satu lagi, gue juga masih butuh pakaian punya lo!”
“Ini sudah kelewatan! Lo mau manfaatin gue ya? Wuahh, kebangetan ni cewek!”
“Udah, makan aja dulu. Masakan gue enak kok. Ngak bakal nyesel kalo lo biarin gue tinggal disini untuk sementara waktu. Jadi, makan aja makanan lo.”
“Arghh, dasar!” Tapi, makanan pagi ini, enak. Memang enak. Aku jarang sarapan sebanyak dan seenak ini. Wuah, aku jadi sangat lapar. Dan aku ingin menghabiskan makanan ini sendirian. Dan semua bahan makanan yang aku beli biasanya memang jarang aku pakai. Dan pagi ini semua yang aku beli ternyata bisa jadi makanan seenak ini. Tapi, seingatku, perempuan yang semalam itu tak secantik dia. Tak seindah dia. Ataukah, dia ini alien? Kalau memang benar, tolong Tuhan selamatkan aku dari serangan makhluk asing. Tapi, kok bisa ya, alien secantik ini? Ataukah aku yang tak tahu jenis-jenis alien yang ada? Ngak mungkin, alien kan ngak ada buku katalognya, jadi mana aku tahu alien mana yang jadi alien versi terbaru, atau tercantik, atau apalah. Nahh, sepertinya aku harus tanya apa alasanya ada dibumi ini, “Hei, kalo boleh tau kenapa lo ngotot aja mau tinggal disini? Lo mau ngambil rumah gue ya?”
“Ngak minat.”
“Jadi kenapa lo harus tinggal disini? Sebelumnya lo tinggal dimana? Dimana keluarga lo? Berapa jumlah sodara yang lo punya? Apa pekerjaan lo sebelumnya?”
“Cerewet banget sih?”
“Hah? Gue ngak cerewet! Sebagai orang yang puny rumah ini sudah semestinya kalo gue tanya asal-usul lo. Tanya alasan lo tinggal disini. Dan semuanya tentang lo. Karena gue ngak mau kalo nantinya gue yang  dapet masalah dengan adanya lo dirumah gue. Apa sudah jelas nona yang  sok keren?”
“Hei tuan rumah yang  kayak nona muda, udah, jangan banyak tanya latar belakang gue. Yang  penting lo kan tau nama gue siapa. Kalo emang lo ngak tau, gue kasih tau lagi. Nama gue Tya Arifin, yang lo tolong semalem. Dan gue mau terima kasih banget atas pertolongan lo semalem. Gue bilang gini karena gue ngak mau ntar lo bilang gue orang yang ngak tau terima kasih. Dan selain itu, dengan tinggalnya gue disini ngak bakal buat lo dalam masalah. Karena gue bukan orang yang bermasalah. Dan yang terakhir. Gue cuma bawa dua masalah terakhir untuk lo. Pertama, cariin gue kerjaan, biar gue ngak bosen dirumah lo terus. Kedua, gue butuh pakaian perempuan, yang seukuran dengan badan gue. Karena tadi gue yang masak, jadi lo mesti beliin gue baju sebagai tanda terima kasih!”
“Hah? Bukannya tadi, masakan ini karena yang semalem? Kok sekarang berubah, dan malah tambah lagi untuk nyariin kerja dan beliin baju. Lo kira gue apa?”
“OK, gue juga nyuci piring abis sarapan ini, dan juga untuk hari ini, gue yang nyuciin baju kotor lo. Jadi impas kan? Dan stop talking about all of shit this morning. I’ll be waiting you to go to shoping. So, you must be set at 1 o’clock. Are you copy me!”
Hah? Ini perempuan gue kira bego. Tapi pengucapan bahasa inggrisnya lumayan juga. aduh, gue takut jatuh cinta sama dia, Tuhan. Tapi memang dia yang paling cantik selama ini. Tapi, ada ya orang segini jengkelin? Ada ya orang yang segini nyusahin. Abis kasih perintah, dia langsing kabur gitu aja. Tapi kok, dari belakang dia juga cantik ya? Dan terlihat menawan dengan warna hitam. Ahh, yang penting makan lagi ah.

Jumat, 18 Januari 2013

Cerita Bersambung - Jonny Double L (5)


Naik taksi, atau jalan kaki yah? Bukan karena lagi ngak punya duit tapi takut nanti dapet sopir taksi yang mantan rider ataupun sodaranya Ananda Mikola. Yasudah, kuputuskan untuk naek bus yang nanti aku terusin dengan jalan kaki sekitar empat blok menuju rumahku. Bus disini merupakan trnasportasi favorit yang digunakan, bukan karena harganya yang bersahabat, tapi juga kondisi yang nyaman dan juga bersih. Dan malam ini aku benar-benar yakin kalau itu memang  benar. Karena aku baru pertama kali naik bus disini. Dan benar-benar membuat orang yang memaki fasilitas publik ini betah untuk berlama-lama didalam mobil yang juga sejuk ini.
Dan pada jam seperti ini pun masih banyak yang menggunakan bus ini untuk pulang kerumahnya masing-masing. Karena aman, jadi perempuan pun banyak yang pulang  jam tengah malam seperti ini. Lampu-lampu kota juga bejajar dan memainkan perannya masing-masing dengan indahnya. Pemandangan malam yang  jarang  kudapatkan. Dan sekarang sudah saatnya aku turun. Dan kemudian melanjutkan perjalanan pulangku.
Berbeda dengan suasana didalm bus tadi, dijalan menuju rumahku terasa sangan lengang, dan juga sunyi. Udara yang dingin juga membuat makin dinginnya saat-saat aku menelusuri jalan ini. Memang ini merupakan daerah yang diperuntukan untuk hunian sehingga hampir tak ada aktifitas saat jam malam seperti ini.
Dua blok tak terasa sudah kulewati. Dan lelah tak berarti kalau semua ini dilakukan dengan senang hati. Dan juga, tapi, kulihat ada sekelompok orang diujung lorong diantara dua buah gedung hunian. Apa itu hantu yang ada didaerah sini? Ah tidak mungkin, mala mini aku tidak minum sama sekali jadi tak mungkin aku sedang mabuk. Tapi semakin jelas kalau itu seperti kerumunan perkelahian kecil. Yah, jelas sudah itu memang perkelahian, entah memperebutkan apa ataupun sedang menodong orang yang lewat. Tapi itu semua bukan urusanku. Lebih baik aku langsung pulang kerumah, dan…
“Tolong, toloong, toloooong, tolong….”, ada teriakan perempuan, sontak lansung saja aku membalikkan badanku ketempat tadi, dan langsung melihat tiga orang pemuda jalanan dan seorang perempuan malam yang memang malam hari ini dia terjebak dalam kondisi sperti ini karena pakaian yang ia kenakan.
“Woy, ngak ada kerjaan laen apa?” teriakku tanpa menghiraukan ukuran badan mereka yang  lumayan besar, tapi bukan kecil, dan juga tak terlalu besar, ah, entahlah. Fikiranku kacau jika saat dalam keadaan seperti ini. Ataukah aku pilih lari saja?
“Tolongin gue mau diperkosa, tolooong…”, dengan tersedu-sedu perempuan ini memohon pertolongan kepadaku. Aku pun tak tahan melihat semua ini. Kemudian aku lari membelakangi kejadian yang ada didepanku.
“Tolongin gue, tolong, tolong…”
Aku langsung kembali lagi ketempat tadi dengan membawa tongkat besi yang sengaja aku cari tadi, dan langsung menghampiri mereka, dan langsung kupukul pemuda jalanan berbadan paling besar itu tepat dibelakang kepalanya,”Braak”.
Satu jatuh, dan juga berdarah. Tinggal dua lagi.
“Woy, brengsek. Mau sok jagoan loh? Sialan…” kesal salah satu pemuda jalanan itu. Dan belum selesai pemuda itu bicara
Braaaaak..! Buukkk…!
Langsung kupukulkan yang kupegang ini keperutnya dan langsung saja kaki kananku meluncur keatas tepat dimukanya. Dan ternyata kemampuan karate-ku tidak hilang sepenuhnya. Aku pun sedikit terkejut dan sedikit bangga. Dan langsung aku tersadar dari lamunanku saat pemuda yang itu langsung lari begitu saja. “Tinggal lo, sekarang cuma kita berdua, mau diterusin? Atau kalau lo masih sayang sama muka lo ndiri, silahkan angkut nih temen lo yang sudah gempor duluan?”
“Iya bang, minta maaf sudah buat salah. Maaf bang.”
“Cepetan pergi, tunggu apa lagi?”
“Iya bang, mau bawa tuh bagong bang, maaf bang.”
“Jangan pernah kesini atau ganguin cewek ini lagi, ngerti kan lo!”, wuah, keren banget aksi ku malam ini. Seperti Megamind dalam filmnya yang mencoba menjadi superhero pujaan. Asiik, bisa jadi pengalaman hidup yang menarik untuk dikenang nih. Hehehe, dan langsung kuputar 90 derajat kearah kanan badanku. Perempuan ini menggunakan pakaian yang seperti ini di malam hari, yah sudah wajar kalau mereka mengganggunya. “Hei, lo ngak apa-apa?”
Dan tanpa basa-basi lagi perempuan ini langsung lari kearahku dan langsung memelukku ketakutan, tapi sebenarnya akulah yang lebih ketakutan. Oh, Tuhan, maafkanlah dosaku, tapi jika ini memang khusus untukku aku terima dengan senang hati, hehe…
“Makasih yah. Kalau ngak ada lo mungkin aku udah ‘habis’ ngak berharga gara-gara mereka. Makasih banget ya”, suaranya yang seperti anak sekolahan membuatku merasa aneh.
“Iyah, sama-sama”
Sesaat melepaskan pelukkannya perempuan ini langsung menyodorkan tangan kanannya, dan bilang, “Lo ada makanan ngak?” Hah, makanan? Perempuan ini, aku sangka ingin memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.
“Sekarang aku ngak punya dan juga ngak bawa makanan. Tapi dirumahku ada sedikit makanan. Dan rumahku tak  jauh dari sini.”
“Oia, namaku Tia, Tia Arifin.”
“Aku Jonny Double L. Idih, kucel banget sih lo?” perasaan anehku ini semakin menjadi-jadi.
“Oh, iya yah? Hei Jonny, aku pasti boleh menginap dirumah lo kan? Sekalian aku mau minta makanan yang lo punya, kalo ada baju cewek juga sih ngak masalah.”
Wuah, gawat ni perempuan. Makin jadi aja tingkahnya. Dalam hatiku berfikir, NGAK AKAN MAU. Tapi saat aku memperhatikan keadaannya yang sudah kotor dan juga kejadian barusan membuat aku kasian terhadapnya. “Aku tinggal sendiri, jadi ngak mungkin ada baju cewek. Ditambah lagi rumahku kecil, jadi kalau mau ikut, ya silahkan.”
Aduh, apa yang sedang aku fikirkan sekarang ini? Tadi sok pahlawan, sekarang buat penampungan dirumahku. Aaah, apa yang harus aku lakukan Tuhan. Ditambah lagi perempuan ini sepertinya bukan seleraku, kotor, blak-blakan, terlalu blak-blakkan kurasa. Dan juga mungkin tak ada rasa sungkan sedikitpun. Bantu aku Tuhan agar tak terjadi apa-apa saat aku dan dia bersama dalam rumahku malam ini.
Greeek, suara pintu rumahku yang terkesan enggan untuk dibuka.
“Yah, inilah rumah tempat aku hidup. Disana kamar mandinya, disana dapur dan ruang makan, dan disana ruang tamu. Itu tempat lo tidur, ntar aku siapin selimut dan juga bantal. Dan terlebih lagi jangan banyak tanya dan protes, karena aku pengen istirahat. Kalau ada perlu apa-apa cari sendiri.” Dengan nada suara yang terkesan arogan aku menunjukkan letak ruangan dirumahku dengan telunjuk kananku.
Dan aku harap, aku bisa melewati malam ini sama seperti biasanya. Sendirian dan tak ada penggangu yang kucel seperti perempuan ini, Lia. Tidak, bukan. Tia Arifin. Yah, itu namanya yang aku rasa tak cocok dengannya. Dan yang aku herankan mengapa aku mencaci maki orang lain seperti bukan diriku biasanya. Dan langsung kutinggalkan dia, dan menuju kamarku untuk segera menyudahi malam minggu kelabu ini.

Selasa, 15 Januari 2013

Cerita Bersambung - Jonny Double L (4)


“Ahh, gawat........”, teriakku yang hampir 5 oktaf. “Jam berapa ini? Apa aku telat? Gawat aku bakal dihajar mereka? Ah, aku harus apa? Apa yang harus aku lakukan lebih dahulu? Sekarang jam berapa? Jam 7.15, aku harus cepat”, entah kenapa semuanya kulakukan dengan terburu-buru. Janji dengan dua orang aneh itu sekarang. Aku yakin aku pasti telat. Langsung saja berlarian ke kamar mandi. Dengan terburu-buru juga membawa handukku yang entbukah itu warnanya memang cokelat, atau memang sudah jarang sekali dicuci.
“GEBERAAAK!”
“Auuuwwgh! Aw, kelewatan banget sih? Siapa yang narok nih selimut? Udah licin, ada di lantai keramik pula. Tuhan apa Kau Tahu siapa yang sudah meletakkannya disini? Aku mau Kau hokum dia seberat-beratnya!”, sambil mengeluh kesakitan, dan bokongku pun ikut mengeluh rasanya, aku memaki entah siapa yang aku maki kali ini. Dan aku rasa aku sendirian hidup di rumah ini, aku yakin itu bukan ucapan ku yang sebenarnya jika aku menyadarinya.
Dengan sedikit pincang dan teraduh-aduh aku melangkah meneruskan tujuanku. Langsung saja kubilas tubuh atletisku(hhaaa :D), dengan menggunakan sabun cair menthol sehingga tiba-tiba aku merasa menggigil tak karuan.
Malam ini, malam minggu, malam yang memang menjadi malam yang paling ditunggu oleh semua anak muda. Entah anak muda yang seperti apa yang mengharapkannya. Apakah mereka yang sudah dikatakan sukses dengan usaha sendiri, atau yang masih mengandalkan sumbangan sosial dari orang tuanya, atau memang mereka yang mencari penghasilan dari gelapanya malam. Yah aku sendiri tak tahu, tapi walaupun gelapnya malam, apapun yang dilakukan oleh setiap kita, Kau pasti tahu kan, Tuhan?
Setelan kemeja hitam dengan glownya berlengan panjang, dibalut dengan vess yang berwarna coklat, ditambah dengan calana jeans hitam dan boots cokelat tua. Aku rasa ini pilihan yang paling tepat. Walau terkeasan buru-buru. Lalu kutata rambutku dengan foam yang begaya spike. Banyak orang setelah berhias diri langsung bercermin, dan begitupun aku.
I’am ready! This is who I am. Watch out girl. Kau juga pasti setuju kan Tuhan kalau malam ini aku setingkat lebih keren daripada Tom Cruise?”, haha, celotehku mulai tak karuan.
Langsung aku keluar dari ruangan ini. Dan aku lebih memilih untuk tidak menggunakan sepedaku. Kan ngak asik kalau suda sekeren ini harus naik sepeda. Jadi kau lebih memilih untuk menelpon taksi, karena ditambah lagi aku sudah telat hampir satu jam. Dan aku yakin “hell BOY” itu menjadi orang yang menyebalkan. Sangat.
“Pak, ke Ann Maria Club. Cepat ya, karena aku telat pak.”
“Siap! Kalau biasanya mas kesana 30 menit, saya bisa anter kesana cukup lima belas menit, gimana? Mau?”
“Ya maulah pak, jadi sekarang ayo jalan tunggu apa lagi?”
“Ada lah mas yang mau di tunggu.”
“Apa pak?”
“Mas mau ngak bayar double sama saya?”
“Hah? Jangan double pak ya, tapi saya lebihin aja nanti. Tenang aja ngak usah takut ya Pak Yo, Pak Yono?” sambil berusaha mengeja namanya aku mencoba menawar tarif dengan beliau.
Deal!
Langsung saja mobil taksi ini melaju tanpa ada pemberitahuan kepadaku sebelumnya. Dan membuat badanku terpental kebelakang dan sedikit mengagetkan diriku. Tak berhenti disitu. Karena Pak Yo ini menjanjikan 15 menit kepadaku, cara menyetirnnya pun seperti rally Dakar, yang buat sport jantung dan juga membuat tanganku melekat erat dengan handle pintu dibagian atas dan juga di permukaan dashboard taksi. Napasku juga seperti satu-satu, tertahan karena ak takut sekali taksi ini akan menabrak kendaraan lain yang juga menggunakan jalan yang  sama terlebih lagi jika pengendara lain juga sedang terburu-buru. “Oh, Tuhan jangan panggil aku dulu, aku mohon. Aku belum menikah, Kau tahu kan?” gumamku dalam hati. Aahg, menyeramkan sekali bersama Pak Yo ini. Tampilan memang seperti pria tua, tapi jiwanya awet muda. Dan juga…
“ciiiiiit…….”
“bruuuk!”
“Kenapa mas? Ngak benjol kan? Ngak luka kan?”
“Auutch, ah, ada apa hari ini? Apa yang salah denganku? Pak, hati-hati dong! Kalau mau injak remnya bilang-bilang dulu, jadi saya ka nada persiapan sebelumnya! Ngak kayak gini ceritanya!”
“Iya, mas. Saya minta maad. Tapi kan seharusnya mas terima kasih dengan saya, buktikan ngak sampe 15 menit kan kita kesini. Hehehee..”
“Memang iya Pak Yo! Tapi kan perjanjiannya tadi ngak pake benjol dan buat sport jantung!”
“Yah, itu bukan salah saya sih, mas. Kan mas sendiri yang  bela-belain ngak pake sea-belt-nya? Hahaa, tapi seru kan mas?”
“Mmmmmm. Ini Pak Yo! Makasih yah!”
“Iya mas sama-sama, semoga naik taksi saya lagi nanti, jadi bisa seru-seruan lagi. Hahahaa..”
Takkan lagi. Ini supir taksi emang suka tantangan atau orang gila? Bukan urusan. Hal baiknya adalah aku bisa turun dengan selamat. Dan juga jantungku masih berada di tempatnya, aku sangat bersyukur. Dan, dimana dua orang itu? Dari tadi aku sedang mencari dimana mereka duduk di klub ini. Jangan-jangan mereka sudah pulang? Jangan. Aku kan baru datang. Kalau benar itu kan hal yang  menyebalkan. Apa mereka ngerjain aku kali ini? Awas kalau memang seperti ini kejadiannya. Akan kuremukan muka menyebalkan mereka dan…
“Double L? Wouy, Jonny? Jonny Double L?”
Itu suaraa..?? Boy!! Dan langsung saja akku berbalik dan mengarahkan langsung diriku ke arah suara tadi. Ya, disana makhluk-makhluk planet asing itu berada. Langsung dengan sedikit senyum dan rasa gembira yang  ruuarr biasa aku kesana. Karena mereka tidak menipu dan sedang mngerjaiku.
“Aku kira kamu lupa Jon, sama janji kita bertiga malam ini?”
“Kalau memang lupa, kau double L, saat kita bertemu kau akan mati saat itu juga!” ancam Boy kepadaku.
“Ngak lah. Aku kan tepat waktu, tepat janji, tepat aturan, dan tepat ukuran. Jadi kan ngak mungkin banget kalau aku ngak datang malam ini. Iya kan?”
“Apa? Tepat waktu? Haha, waktu Negara mana yang dijadikan acuan? Lo itu sudah telat lebih dari satu jam! Kalau emang  bener waktu yang lo pake itu negara bagian barat, sudah jelas lo ngak telat, yang ada lo dateng duluan. Ah, lo ngakunya aja uda lulus kuliah, tapi masih aja bego liat jam!”
“Wah, Boy. Dari tadi pagi deh kayaknya. Lo ada masalah Boy?”
Enough! Malam hari ini,  kita bertiga mau having fun sama pacar kita dan nyariin pacar buat Jonny. Jadi ada alasan lain untuk nerusin ocehan kalian berdua yang ngak guna? Masih mau jadi anak-anak playgroup? Dan, jonny, kenalin ini punya aku, Shinta. Dan itu pacarnya Boy, Anggun”
“Hai, semua. Jonny”
“Shinta.”
“Anggun. Salam kenal ya.”
“Udah cukup jangan lama-lama. Itu punya gue double L!”
“Iya gue juga tahu kalau gue ini punya lo, Boy. Sudah, sekarang kita pesen makanan aja langsung. Iya ngak?”
“Oke, Jonny, lo mau pesen apa? Malam ini Boy yang traktir.”
“Aish, yang bener aja? Ngak lah!”
“Oke, kebetulan banget aku belum makan malam. Aku pesen tenderloin 2 porsi ya Boy, ditambah lagi satu ice cream chocolate.”
Biar tahu rasa. Mungkin semua makananku seharga dengan apa yang dilakukannya dari pagi ini sampai malam ini. Yah, sekalian aku makan malam gratisan. Hehehe, dan memang itu juga merupakan makanan favoritku yang sangat jarang aku nikmati sekaligus. Walaupun Boy menderita karena harus mengeluarkan biaya ekstra untuk diriku, tapi yang penting happy, haha…
Aku sangat menikmati malam ini, dan Boy masih saja kesal melihat tingkahku yang semakin aku buat-buat untuk membuatnya kesal. Potongan demi potongan masuk dengan nyaman kedalam mulutku. Dan apa kau tahu rasanya saat ice cream chocolate ditelan, kemudian meleleh didalam tenggorokkan dan sepanjang ice cream menuju lambung, sensani dingin dan chocolate sangat menyenangkan.
“Ahhh, segerr benerr… Lagi-lagi gratisan, aku suka hidup ini. Hahaha, makasih Boy.”
“Walaupun tak rela, iya sama-sama Double L. Tapi lain kali lo yang harus traktir!”
“Oke. Hal itu mudah, tapi kapan-kapan aja ya. Hahaahha…” sembari menikmati makan malamku bersama mereka hal yang baru aku sadari kalau disini semuanya cantik dan juga menggoda tentunya. Hahaha, apa Engkau pernah muda Tuhan? Hehehe, pertanyaan yang aneh tapi aku menikmatinya. Dan akan kumanjakan mataku malam hari ini.
Menghabiskan malam,lagi-lagi bersama kedua sahabatku ini, terasa hal yang sudah biasa. Dan hampir-hampir kami bertiga tahu pasti apa yang akan dilakukan oleh masing-masing kami saat pergi bersama. Yah, itulah mungkin yang sering dikatakan oleh banyak orang tentang persahabatan. Meskipun hal yang seperti ini tidak memiliki pendefinisian yang pasti tentunya. Dan kembali mala mini, aku belum juga mendapatkan kenalan yang aku juga mengharapkan jadi pacarku.
“Udah hampir tengah malam, eh lo belum juga dapet kenalan Double L?”
“Wuish, enak aja, aku ngak selera sama mereka” sambarku begitu saja.
“Untuk kali ini aku sepakat sama Boy. Kok Lo ngak usaha male mini Jhony? Cuma makan aja kerjaannya. Padahal cewek yang ada disini banyak yang ngak ada pasangan”
“Udahlah Don, kayaknya emang bener kalo Double L ini doyan ama laki. Buktinya aja male mini, iya kan?”
“Eeiiiiits!!”
“Emang bener Jhon! Sekarang sudah hampir tengah malem nih, aku mau nganterin Shinta pulang kerumah. Dan aku juga yakin Boy juga mau nganter Anggun.”
“Iya nih, aku mau pulang, udah tengah malem, ntar aku dapet ujan local lagi dari Ibu Kost” keluh Anggun tak tahu tertuju ke siapa.
“Okeh Double L, gue mau ‘sapi’ dulu?” salam terakhir dari Boy.
“Hah, apaan ‘sapi’?”
“Bahasa Inggrisnya ‘sapi’ apa coba? CAW kan? Hahaha”
“Ahh, aneh lo, Boy. Ditambah lagi norak.”
“Haahahha, oke Jhony, aku juga pulang ya.”
“Daah Jhony, see you ya” Shinta ikut berpamitan bersama Doni.
“Okeh, hati-hati semua. Dan buat loh Boy, mati-mati dijalan ya, hahahaha”, ya seperti itulah, tapi aku tak bermaksud serius mengucapkan hal itu terhadap Boy. Dan tak terkecuali, aku pun ikut melangkahkan kaki keluar dari club ini. Yah, karena tak ada teman dan ditambah tak ada kerjaan lagi yang pastinya. Walaupun lagi-lagi tak dapat kenalan, sekarang aku harus mengucapkan, “Selamat tinggal, malam minggu kelabu”, hahaha, walaupun ngak terlalu kelabu sih, kan dapet makan gratisan, hahaha.

logo rumah creative yang baru lagi ^^


logo rumah creative nihh


Sabtu, 12 Januari 2013

Effect Scracth


Cerita Bersambung - Jonny Double L (3)


Yah, ini akhir pekan yang aku rasa setiap orang pun menikmati hal yang sama, kecuali mereka yang  dengan getolnya mencari-cari materi sebanyak apapun. Dan juga terkadang hal yang tak sepantasnya dan juga membuat susah orang lain banyak ditempuh oleh orang-orang seperti ini. Dan aku lagi-lagi bersyukur karena aku bukan termasuk kedalam kelompol orang yang seperti itu. Entah apa yang difikirkan mereka. Apa mereka sudah tak takut lagi pada-Mu, Tuhan?
Sabtu yang cerah ini, padahal sebenarnya hampir tak ada perubahan seperti sabtu yang sebelumnya. Tapi entah kenapa aku sangat bersemangat hari ini. Semua tugas kantorku, aku temani dengan lagu-lagu berirama yang tak terlalu beat up, tetapi tetap membuatku bersemangat. Lagu-lagu cinta? Aku rasa tak semua yang ada di playlistku ini semuanya lagu cinta total.
Yang pasti, aku binggung. Tak apalah. Setiap orang pun juga pernah yang merasakan semangat yang tanpa batas ketika mereka tak tahu apa itu penyebabnya. Membuat mereka berfikir pepohonan yang selalu menghijau dan bunga yang bermekaran hanya diperuntukkan bagi dirinya. Saat hembusan angin seperti bisikkan yang membuat lebih santai dan seolah waktu tehenti seperti kehilangan tenaga untuk berputar dari baterai. Dan tiba-tiba mereka menjadi seolah-olah seorang pujangga, ataupun penyair yang bahkan tak tahu lulusan dari universitas mana. Tapi kali ini, aku hanya bisa mengatakan itulah anugerah dari-Nya yng sering kita lupakan. Karena kita diciptakan dengan penuh misteri, begitupun dengan kelahiran kita yang rahasianya belum pernah bocor sampai sekarang. Dan juga dengan perasaan diri kita masing-masing.
Dan hari ini, aku berhasil mencetak rekor entah untuk kompetisi apa. Hari ini aku berhasil menyelesaikan semua tugas kantorku tepat setengah jam sebelum jam makan siang. Walapun tak ada museum yang mencatat rekorku barusan, aku tak peduli. Karena ini pecan yang ingin kuhabiskan dengan beragam perasaan suka cita. Dan sebelum itu, tentulah makan siang yang terpenting.
Pernah terfikir, aku ini orang yang seperti apa? Dan aku pun terkadang bingung untuk menjawabnya sendiri. Tak konsisten atau apalah sebutan yang cocok untukku nantinya. Lain halnya, tempat makan siangku nyaris tak pindah tempat. Mungkin karena rasanya yang enak, atau pelayanannya yang bersahabat, harganya juga yang menarik, atau apa lagi. Aku tak tahu lagi kemungkinannya. Tapi semua kemungkinan itu sepertinya ada untuk tempat makan yang satu ini. Dan menyenagkan tentunya.
Dan selepas aku melepaskan salam perpisahan untuk berjumpa lgi nanti malam kepada dua orang idiot itu, aku langsung saja mengayuh sepedaku ketempat makan yang jarangnya hanya   empat blok dari kantor. Cuaca siang ini pun begitu terasa akan keperkasaan sang raja siang, sehingga membuat dahiku selalu mengkerut dan mataku menjadi keturunan Chinese yang rata-rata lebar matanya tak lebih dari 1cm. Maaf kalau ada yang marah nantinya.
Tepat 12.10.
Dan tanpa banyak tanya lagi kepadaku, salah satu pramuniaganya sedang menyiapkan segelas air putih untuk menghilangkan dahagaku setelah lelah bersama sepeda. Selayang pandang, kuedarkan mataku keseluruh penjuru tempat ini. Sembari menuggu, jari telunjuk kananku, memainkan irama sembari megadu kemeja. Menjelentik tak jelas, mungkin memang salah satu kebiasaan orang banyak yangsedang menunggu seperti yang aku lakukan ini. Tak lebih dari 15menit ternyata makan siangku sudah menunggu untuk dimusnahkan dengan gigi putihku.
Memulainya dengan berdoa, menyantapnya dengan nikmat. Aku rasa siapapun yang melihat ku makan siang hari ini, pasti iri. Bukan karena menu yang kupilih mewah tetapi gaya makanku yang sudah menyerupai dengan host acara makan-makan. Yang dituntut untuk membawakam acara seheboh mungkin.
Tak lebih dari setengah jam aku beristirahat disana sesudah jadwalku makan, aku memikirkan hal apa lagi yang ingin aku lakukan selanjutnya. Bermain di gamezone, atuakah menghabiskan siangku ini denga menonton bioskop. Ahh, tapi hal seperti itu sudah sering aku lakukan ditiap awal dan pertengahan bulan. Ya mungkin karena tak ada lagi yang bisa ku ajak untuk bermain. Berfikir dan terus berfikir, berfikir tak jelas. Dan tiba-tiba kudapati jejak roda sepeda ini menuntunku kembali kerumah ku ini.
Apa orang lain juga pernah merasakan hal yang baru saja aku alami ini Tuhan. Tak ada fikiran sebelumnya, tapi tak disengaja dituntun untuk ketempat yang selalu saja ada dihati, ataupun tempat yang ingin sekali dikunjungi tanpa rencana dan pemikiran yang matang. Dan tentu saja bersama orang yang disayangi.
Terus saja kupandangi seluruh isi ruangan ini. Sampai tepat ke kamarku sendiri yang selalu rapi, ya walaupun tak terlalu rapi untuk ukuran orang lain. Sekali lagi kupandang, aku berfikir apa yang kurang dari kamar dan rumah  ku ini? Mengapa masih saja ada yang kurang? Ah, aku sudah lelah berfikir untuk hari ini. Hari yang panjang. Tapi aku belum mendapatkan hal baru hari ini yang juga tak kalah menyenangkanya. Dan…..