Kepalaku
terasa dangat berat saat kuangkat dari bantal tidurku yang sudah mulai menipis
karena aku pakai. “Ahh, apa yang salah sih, semalam aku tak segelas pun minum,
dan aku juga yakin dua temanku itu ngak tega kasih obat tidur ataupun obat
perangsang untukku semalam. Ataukah, Engkau Tuhan yang sudah memukuli kepalaku malam tadi? Kalau
memang benar aku takkan tinggal diam, akan ku balas Kau?”, hah, membalas? Untuk
bertemu Dia pun aku belum siap, mulai lagi keanehan yang konyol dari diriku
ini.
Kemudian
ku ambil handuk yang ada di kursi tepat didepan PC-ku, dan terlihat sudah jam
7.30, dan mungkin untuk sedikit bermalas-malasan tak akan ada yang protes sama
sekali. Dengan santai aku pun melangkahkan kakiku keluar kamar dan langsung
menuju kamar mandi untuk membasuh muka kusut plus semerawut dan juga penuh
lebam seperti orang yang tidak tidur seharian.
“Hemmb,
sedap sekali bau masakan ini. Jadi laper nih. Pasti tetangga sebelah lagi
banyak duit nih, buat makanan segini harumnya. Tapi aku mau juga sih kalau-kalau
dapet bagian. Haha, pagi-pagi sudah ngarep aja.” Terus saja aku bergumam sampai
aku selesai dengan mukaku. Tapi, pagi ini tenggorokkanku benar-benar terasa
sangat kering, seperti mesin yang sudah kehabisan oli mesinnya. Aku mengarah ke
dapurku yang jarang terjamah oleh tanganku. Mengambil sebotol air dalam lemari
pendinginku. Kubuka tutupnya, “Glek, glek, glek, ah, segerr benerr. Ngak tau
nih, sakit perut atau ngak, belum apa-apa sudah minum air dingin aja pagi
gini.”
Badanku
langsung berbalik kanan, berniat untuk tidur lagi, ah memang aku ingin
bermalas-malasan hari ini. Dan juga…
Kenapa
ada banyak makanan pagi ini dimeja makanku? Hei Tuhan, apa Kau sudah
repot-repot untukku kali ini? Kalau memang benar aku tak kan lagi memarahi dan
kesal padaMu. Tapi untuk satu atau dua hari saja ya, biar kita lebih akrab.
Hahaha, kan memang..
“Hei?”
Dengan
spontan aku terkejut, suara Tuhan pagi ini seperti perempuan. “Tuhan, Kau
seorang perempuan ya? Apa Kau belum berencana untuk menikah?”
“Hei,
bego! Mana ada Tuhan yang mau nikah!”
Langsung
aku berbalik. Dan apa yang kulihat? Tapi aku yakin ini mimpi. Ada gadis cantik,
manis, anggun, hidungnya mancung, bibir tipis yang terus menerus basah, tak
senyum pun masih cantik, rambut hitam panjang, bergelombang, aduhai tingginya
yang 168-170cm yang aku kira-kira. Senyumku terbuka lebar hanya dengan
memandangi dirinya yang menggunakan kemeja hitamku yang sudah jelas kebesaran
untuk ukuran badannya. Senyumku tak kunjung hilang. Tuhan kali ini kau sangat
baik padaku, mimpi yang Kau berikan buatku tak mau segera bangun. Handukku,
kubiarkan terjatuh, langkahku langsung mengarah ke perempuan ini, salah,
perempuan cantik ini. Aku pegang kedua tangannya, “Terima kasih, ya. Terima
kasih untuk pagi ini, terima kasih untuk makanan ini, dan juga terima kasih
untuk hadir di mimpiku”. Dengan pasti mataku terus menatap sepasang matanya
yang indah, dan kekecup bibir tipis ini. Tuhan, jangan pernah Kau rampas
mimpiku seperti ini, kalau ini terjadi, akan ku cari dimana Kau berada.
Prraaaakkk!
Praaak!
Yah,
begitulah, sepertinya mimpi ini berakhir dengan dua tamparan dari tangan
halusnya untuk kedua pipiku. Tapi, aku masih saja tersenyum indah. Dan juga
sepertinya aku belum berniat untuk bangun saat ini. Dan kulihat kaki indahnya
bergerak seolah melangkah mendekatiku. Dan, JACKPOT!!
“Adaaaaww!
Kena banget! Tepat sasaran! Aduhhh, ahh, habiss sudah keturunan gue. Ahh
sialan, mimpi yang berakhir menyakitkan.”
“Gila
lo ya? Ngak sopan banget sih lo, cium orang ngak nanya-nanya dulu sebelumnya.
Ahh, ternyata lo juga brengsek ya? Alesan aja kalo masih mimpi.”
“Hah?
Ini nyata yah? Serius?”, langsung badanku berdiri. Tak percaya. Tak yakin.
Semuanya jadi satu. Dan lagi senyumku terbuka lebar. “Hahahahaha, terima kasih
Tuhan, ternyata segel ini lepas, sudah terleepaaasss!” Praaaak! “Hei, kok lo
nampar lagi sih? Apa lagi yang salah?”
“Lo
memang gila yah? Apa yang segel lepas? Apa lo orang yang kena gejala autism yah?”
“Maaf
ya, mungkin karena begitu senangnya, aku sampe lupa sekelilingku. Tapi memang
bener aku kira tadi semua ini mimpi dalam tidurku. Jadi mumpung masih mimpi aku
fikir jadi aku terusin. Hehehe. Dan yang tadi itu, karena ini ciuman pertama
buat aku. Hahaha”
“Kayaknya,
selain gila, lo juga sinting dan bego ya! Ciuman pertama aja heboh bener. Ah,
kampungan! Udah, itu udah gue siapin sarapan buat kita berdua. Jangan banyak tanya, jadi tinggal
makan aja, kalau ngak tahu, langsung dimasukin kemulut aja makanannya.”
Ke
meja makan, masih senyum sendiri. Dan waktu makan pun masih senyum sendiri.
Hahaha, begitu ya rasanya bersentuhan bibir, apalagi bibirnya tipis, indah,
dan… aku tak tahu lagi bagaimana membayangkannya.
“Eh,
bego. Makan tinggal makan aja, jangan kayak orang gila baru ketemu makanan.
Karena gue mulai ngak nyaman makan dengan kondisi yang kayak gini. Kayak
dirumah sakit jiwa!”
“Hehehe,
iya maaf. Kan emang kayak gini kalau baru pertama ngarasain yang gituan. Tapi
apa lo udah pernah ngerasain sebelumnya ya? Yang tadi itu? Uda pernah ya?”
“Bukan
urusan lo, bego!”
“Hei!
Gue lupa, lo siapa? Masuk-masuk rumah orang tanpa izin? Gue lapor polisi lo!
Udah maen pukul sembarangan, pake baju orang. Wuahh, banyak banget pelanggaran
lo, tau kan!”
“Semalem
kan, lo yang kasih izin kalo gue boleh nginep disini, boleh peke baju lo, dan
juga boleh makan disini. Jadi, semua pelanggaran yang lo maksud itu ngak bakal
bisa masukkin gue ke penjara. Malah mungkin lo yang harus siap-siap masuk
penjara karena kasus pelecehan terhadap perempuan!”
“Hah?
Kapan? Itu kan ngak disengaja!”
“Ngak
disengaja memang, tapi kenapa lo terusin? Ternyata, muka masih bisa menipu ya.
Gue kira orang seganteng lo ngak brengsek, tapi nyatanya. Ahh, bukan urusan!
Sekarang gue minta uang ganti rugi 25jt aja!”
“Hah,
gila lo! Mana ada duit sebanyak itu. Lagian kan kalo bibir di club malem Cuma 50ribuan doang kok?”
“Hah!
Kelewatan banget sih lo, nyamain gue sama perempuan murahan diluar sana? Selain
pelecehan, lo juga uda pencemaran nama baik, tau ngak! Udah, kalo lo ngak punya
uang segitu, jadi jangan pernah lo larang gue untuk tidur disini sampe kapanpun
yang gue mau. Dan juga makan. Cukup. Ngak ada negosiasi lagi! Satu lagi, gue
juga masih butuh pakaian punya lo!”
“Ini
sudah kelewatan! Lo mau manfaatin gue ya? Wuahh, kebangetan ni cewek!”
“Udah,
makan aja dulu. Masakan gue enak kok. Ngak bakal nyesel kalo lo biarin gue
tinggal disini untuk sementara waktu. Jadi, makan aja makanan lo.”
“Arghh,
dasar!” Tapi, makanan pagi ini, enak. Memang enak. Aku jarang sarapan sebanyak
dan seenak ini. Wuah, aku jadi sangat lapar. Dan aku ingin menghabiskan makanan
ini sendirian. Dan semua bahan makanan yang aku beli biasanya memang jarang aku
pakai. Dan pagi ini semua yang aku beli ternyata bisa jadi makanan seenak ini.
Tapi, seingatku, perempuan yang semalam itu tak secantik dia. Tak seindah dia.
Ataukah, dia ini alien? Kalau memang benar, tolong Tuhan selamatkan aku dari
serangan makhluk asing. Tapi, kok bisa ya, alien secantik ini? Ataukah aku yang
tak tahu jenis-jenis alien yang ada? Ngak mungkin, alien kan ngak ada buku
katalognya, jadi mana aku tahu alien mana yang jadi alien versi terbaru, atau
tercantik, atau apalah. Nahh, sepertinya aku harus tanya apa alasanya ada
dibumi ini, “Hei, kalo boleh tau kenapa lo ngotot aja mau tinggal disini? Lo
mau ngambil rumah gue ya?”
“Ngak
minat.”
“Jadi
kenapa lo harus tinggal disini? Sebelumnya lo tinggal dimana? Dimana keluarga
lo? Berapa jumlah sodara yang lo punya? Apa pekerjaan lo sebelumnya?”
“Cerewet
banget sih?”
“Hah?
Gue ngak cerewet! Sebagai orang yang puny rumah ini sudah semestinya kalo gue
tanya asal-usul lo. Tanya alasan lo tinggal disini. Dan semuanya tentang lo.
Karena gue ngak mau kalo nantinya gue yang
dapet masalah dengan adanya lo dirumah gue. Apa sudah jelas nona
yang sok keren?”
“Hei
tuan rumah yang kayak nona muda, udah,
jangan banyak tanya latar belakang gue. Yang
penting lo kan tau nama gue siapa. Kalo emang lo ngak tau, gue kasih tau
lagi. Nama gue Tya Arifin, yang lo tolong semalem. Dan gue mau terima kasih
banget atas pertolongan lo semalem. Gue bilang gini karena gue ngak mau ntar lo
bilang gue orang yang ngak tau terima kasih. Dan selain itu, dengan tinggalnya
gue disini ngak bakal buat lo dalam masalah. Karena gue bukan orang yang
bermasalah. Dan yang terakhir. Gue cuma bawa dua masalah terakhir untuk lo.
Pertama, cariin gue kerjaan, biar gue ngak bosen dirumah lo terus. Kedua, gue
butuh pakaian perempuan, yang seukuran dengan badan gue. Karena tadi gue yang
masak, jadi lo mesti beliin gue baju sebagai tanda terima kasih!”
“Hah?
Bukannya tadi, masakan ini karena yang semalem? Kok sekarang berubah, dan malah
tambah lagi untuk nyariin kerja dan beliin baju. Lo kira gue apa?”
“OK,
gue juga nyuci piring abis sarapan ini, dan juga untuk hari ini, gue yang
nyuciin baju kotor lo. Jadi impas kan? Dan stop talking about all of shit this
morning. I’ll be waiting you to go to shoping. So, you must be set at 1
o’clock. Are you copy me!”
Hah?
Ini perempuan gue kira bego. Tapi pengucapan bahasa inggrisnya lumayan juga.
aduh, gue takut jatuh cinta sama dia, Tuhan. Tapi memang dia yang paling cantik
selama ini. Tapi, ada ya orang segini jengkelin? Ada ya orang yang segini
nyusahin. Abis kasih perintah, dia langsing kabur gitu aja. Tapi kok, dari
belakang dia juga cantik ya? Dan terlihat menawan dengan warna hitam. Ahh, yang
penting makan lagi ah.
0 komentar:
Posting Komentar