Selasa, 15 Januari 2013

Cerita Bersambung - Jonny Double L (4)


“Ahh, gawat........”, teriakku yang hampir 5 oktaf. “Jam berapa ini? Apa aku telat? Gawat aku bakal dihajar mereka? Ah, aku harus apa? Apa yang harus aku lakukan lebih dahulu? Sekarang jam berapa? Jam 7.15, aku harus cepat”, entah kenapa semuanya kulakukan dengan terburu-buru. Janji dengan dua orang aneh itu sekarang. Aku yakin aku pasti telat. Langsung saja berlarian ke kamar mandi. Dengan terburu-buru juga membawa handukku yang entbukah itu warnanya memang cokelat, atau memang sudah jarang sekali dicuci.
“GEBERAAAK!”
“Auuuwwgh! Aw, kelewatan banget sih? Siapa yang narok nih selimut? Udah licin, ada di lantai keramik pula. Tuhan apa Kau Tahu siapa yang sudah meletakkannya disini? Aku mau Kau hokum dia seberat-beratnya!”, sambil mengeluh kesakitan, dan bokongku pun ikut mengeluh rasanya, aku memaki entah siapa yang aku maki kali ini. Dan aku rasa aku sendirian hidup di rumah ini, aku yakin itu bukan ucapan ku yang sebenarnya jika aku menyadarinya.
Dengan sedikit pincang dan teraduh-aduh aku melangkah meneruskan tujuanku. Langsung saja kubilas tubuh atletisku(hhaaa :D), dengan menggunakan sabun cair menthol sehingga tiba-tiba aku merasa menggigil tak karuan.
Malam ini, malam minggu, malam yang memang menjadi malam yang paling ditunggu oleh semua anak muda. Entah anak muda yang seperti apa yang mengharapkannya. Apakah mereka yang sudah dikatakan sukses dengan usaha sendiri, atau yang masih mengandalkan sumbangan sosial dari orang tuanya, atau memang mereka yang mencari penghasilan dari gelapanya malam. Yah aku sendiri tak tahu, tapi walaupun gelapnya malam, apapun yang dilakukan oleh setiap kita, Kau pasti tahu kan, Tuhan?
Setelan kemeja hitam dengan glownya berlengan panjang, dibalut dengan vess yang berwarna coklat, ditambah dengan calana jeans hitam dan boots cokelat tua. Aku rasa ini pilihan yang paling tepat. Walau terkeasan buru-buru. Lalu kutata rambutku dengan foam yang begaya spike. Banyak orang setelah berhias diri langsung bercermin, dan begitupun aku.
I’am ready! This is who I am. Watch out girl. Kau juga pasti setuju kan Tuhan kalau malam ini aku setingkat lebih keren daripada Tom Cruise?”, haha, celotehku mulai tak karuan.
Langsung aku keluar dari ruangan ini. Dan aku lebih memilih untuk tidak menggunakan sepedaku. Kan ngak asik kalau suda sekeren ini harus naik sepeda. Jadi kau lebih memilih untuk menelpon taksi, karena ditambah lagi aku sudah telat hampir satu jam. Dan aku yakin “hell BOY” itu menjadi orang yang menyebalkan. Sangat.
“Pak, ke Ann Maria Club. Cepat ya, karena aku telat pak.”
“Siap! Kalau biasanya mas kesana 30 menit, saya bisa anter kesana cukup lima belas menit, gimana? Mau?”
“Ya maulah pak, jadi sekarang ayo jalan tunggu apa lagi?”
“Ada lah mas yang mau di tunggu.”
“Apa pak?”
“Mas mau ngak bayar double sama saya?”
“Hah? Jangan double pak ya, tapi saya lebihin aja nanti. Tenang aja ngak usah takut ya Pak Yo, Pak Yono?” sambil berusaha mengeja namanya aku mencoba menawar tarif dengan beliau.
Deal!
Langsung saja mobil taksi ini melaju tanpa ada pemberitahuan kepadaku sebelumnya. Dan membuat badanku terpental kebelakang dan sedikit mengagetkan diriku. Tak berhenti disitu. Karena Pak Yo ini menjanjikan 15 menit kepadaku, cara menyetirnnya pun seperti rally Dakar, yang buat sport jantung dan juga membuat tanganku melekat erat dengan handle pintu dibagian atas dan juga di permukaan dashboard taksi. Napasku juga seperti satu-satu, tertahan karena ak takut sekali taksi ini akan menabrak kendaraan lain yang juga menggunakan jalan yang  sama terlebih lagi jika pengendara lain juga sedang terburu-buru. “Oh, Tuhan jangan panggil aku dulu, aku mohon. Aku belum menikah, Kau tahu kan?” gumamku dalam hati. Aahg, menyeramkan sekali bersama Pak Yo ini. Tampilan memang seperti pria tua, tapi jiwanya awet muda. Dan juga…
“ciiiiiit…….”
“bruuuk!”
“Kenapa mas? Ngak benjol kan? Ngak luka kan?”
“Auutch, ah, ada apa hari ini? Apa yang salah denganku? Pak, hati-hati dong! Kalau mau injak remnya bilang-bilang dulu, jadi saya ka nada persiapan sebelumnya! Ngak kayak gini ceritanya!”
“Iya, mas. Saya minta maad. Tapi kan seharusnya mas terima kasih dengan saya, buktikan ngak sampe 15 menit kan kita kesini. Hehehee..”
“Memang iya Pak Yo! Tapi kan perjanjiannya tadi ngak pake benjol dan buat sport jantung!”
“Yah, itu bukan salah saya sih, mas. Kan mas sendiri yang  bela-belain ngak pake sea-belt-nya? Hahaa, tapi seru kan mas?”
“Mmmmmm. Ini Pak Yo! Makasih yah!”
“Iya mas sama-sama, semoga naik taksi saya lagi nanti, jadi bisa seru-seruan lagi. Hahahaa..”
Takkan lagi. Ini supir taksi emang suka tantangan atau orang gila? Bukan urusan. Hal baiknya adalah aku bisa turun dengan selamat. Dan juga jantungku masih berada di tempatnya, aku sangat bersyukur. Dan, dimana dua orang itu? Dari tadi aku sedang mencari dimana mereka duduk di klub ini. Jangan-jangan mereka sudah pulang? Jangan. Aku kan baru datang. Kalau benar itu kan hal yang  menyebalkan. Apa mereka ngerjain aku kali ini? Awas kalau memang seperti ini kejadiannya. Akan kuremukan muka menyebalkan mereka dan…
“Double L? Wouy, Jonny? Jonny Double L?”
Itu suaraa..?? Boy!! Dan langsung saja akku berbalik dan mengarahkan langsung diriku ke arah suara tadi. Ya, disana makhluk-makhluk planet asing itu berada. Langsung dengan sedikit senyum dan rasa gembira yang  ruuarr biasa aku kesana. Karena mereka tidak menipu dan sedang mngerjaiku.
“Aku kira kamu lupa Jon, sama janji kita bertiga malam ini?”
“Kalau memang lupa, kau double L, saat kita bertemu kau akan mati saat itu juga!” ancam Boy kepadaku.
“Ngak lah. Aku kan tepat waktu, tepat janji, tepat aturan, dan tepat ukuran. Jadi kan ngak mungkin banget kalau aku ngak datang malam ini. Iya kan?”
“Apa? Tepat waktu? Haha, waktu Negara mana yang dijadikan acuan? Lo itu sudah telat lebih dari satu jam! Kalau emang  bener waktu yang lo pake itu negara bagian barat, sudah jelas lo ngak telat, yang ada lo dateng duluan. Ah, lo ngakunya aja uda lulus kuliah, tapi masih aja bego liat jam!”
“Wah, Boy. Dari tadi pagi deh kayaknya. Lo ada masalah Boy?”
Enough! Malam hari ini,  kita bertiga mau having fun sama pacar kita dan nyariin pacar buat Jonny. Jadi ada alasan lain untuk nerusin ocehan kalian berdua yang ngak guna? Masih mau jadi anak-anak playgroup? Dan, jonny, kenalin ini punya aku, Shinta. Dan itu pacarnya Boy, Anggun”
“Hai, semua. Jonny”
“Shinta.”
“Anggun. Salam kenal ya.”
“Udah cukup jangan lama-lama. Itu punya gue double L!”
“Iya gue juga tahu kalau gue ini punya lo, Boy. Sudah, sekarang kita pesen makanan aja langsung. Iya ngak?”
“Oke, Jonny, lo mau pesen apa? Malam ini Boy yang traktir.”
“Aish, yang bener aja? Ngak lah!”
“Oke, kebetulan banget aku belum makan malam. Aku pesen tenderloin 2 porsi ya Boy, ditambah lagi satu ice cream chocolate.”
Biar tahu rasa. Mungkin semua makananku seharga dengan apa yang dilakukannya dari pagi ini sampai malam ini. Yah, sekalian aku makan malam gratisan. Hehehe, dan memang itu juga merupakan makanan favoritku yang sangat jarang aku nikmati sekaligus. Walaupun Boy menderita karena harus mengeluarkan biaya ekstra untuk diriku, tapi yang penting happy, haha…
Aku sangat menikmati malam ini, dan Boy masih saja kesal melihat tingkahku yang semakin aku buat-buat untuk membuatnya kesal. Potongan demi potongan masuk dengan nyaman kedalam mulutku. Dan apa kau tahu rasanya saat ice cream chocolate ditelan, kemudian meleleh didalam tenggorokkan dan sepanjang ice cream menuju lambung, sensani dingin dan chocolate sangat menyenangkan.
“Ahhh, segerr benerr… Lagi-lagi gratisan, aku suka hidup ini. Hahaha, makasih Boy.”
“Walaupun tak rela, iya sama-sama Double L. Tapi lain kali lo yang harus traktir!”
“Oke. Hal itu mudah, tapi kapan-kapan aja ya. Hahaahha…” sembari menikmati makan malamku bersama mereka hal yang baru aku sadari kalau disini semuanya cantik dan juga menggoda tentunya. Hahaha, apa Engkau pernah muda Tuhan? Hehehe, pertanyaan yang aneh tapi aku menikmatinya. Dan akan kumanjakan mataku malam hari ini.
Menghabiskan malam,lagi-lagi bersama kedua sahabatku ini, terasa hal yang sudah biasa. Dan hampir-hampir kami bertiga tahu pasti apa yang akan dilakukan oleh masing-masing kami saat pergi bersama. Yah, itulah mungkin yang sering dikatakan oleh banyak orang tentang persahabatan. Meskipun hal yang seperti ini tidak memiliki pendefinisian yang pasti tentunya. Dan kembali mala mini, aku belum juga mendapatkan kenalan yang aku juga mengharapkan jadi pacarku.
“Udah hampir tengah malam, eh lo belum juga dapet kenalan Double L?”
“Wuish, enak aja, aku ngak selera sama mereka” sambarku begitu saja.
“Untuk kali ini aku sepakat sama Boy. Kok Lo ngak usaha male mini Jhony? Cuma makan aja kerjaannya. Padahal cewek yang ada disini banyak yang ngak ada pasangan”
“Udahlah Don, kayaknya emang bener kalo Double L ini doyan ama laki. Buktinya aja male mini, iya kan?”
“Eeiiiiits!!”
“Emang bener Jhon! Sekarang sudah hampir tengah malem nih, aku mau nganterin Shinta pulang kerumah. Dan aku juga yakin Boy juga mau nganter Anggun.”
“Iya nih, aku mau pulang, udah tengah malem, ntar aku dapet ujan local lagi dari Ibu Kost” keluh Anggun tak tahu tertuju ke siapa.
“Okeh Double L, gue mau ‘sapi’ dulu?” salam terakhir dari Boy.
“Hah, apaan ‘sapi’?”
“Bahasa Inggrisnya ‘sapi’ apa coba? CAW kan? Hahaha”
“Ahh, aneh lo, Boy. Ditambah lagi norak.”
“Haahahha, oke Jhony, aku juga pulang ya.”
“Daah Jhony, see you ya” Shinta ikut berpamitan bersama Doni.
“Okeh, hati-hati semua. Dan buat loh Boy, mati-mati dijalan ya, hahahaha”, ya seperti itulah, tapi aku tak bermaksud serius mengucapkan hal itu terhadap Boy. Dan tak terkecuali, aku pun ikut melangkahkan kaki keluar dari club ini. Yah, karena tak ada teman dan ditambah tak ada kerjaan lagi yang pastinya. Walaupun lagi-lagi tak dapat kenalan, sekarang aku harus mengucapkan, “Selamat tinggal, malam minggu kelabu”, hahaha, walaupun ngak terlalu kelabu sih, kan dapet makan gratisan, hahaha.

0 komentar:

Posting Komentar