“Ahh,
gawat........”, teriakku yang hampir 5 oktaf. “Jam berapa ini? Apa aku telat?
Gawat aku bakal dihajar mereka? Ah, aku harus apa? Apa yang harus aku lakukan
lebih dahulu? Sekarang jam berapa? Jam 7.15, aku harus cepat”, entah kenapa
semuanya kulakukan dengan terburu-buru. Janji dengan dua orang aneh itu
sekarang. Aku yakin aku pasti telat. Langsung saja berlarian ke kamar mandi.
Dengan terburu-buru juga membawa handukku yang entbukah itu warnanya memang
cokelat, atau memang sudah jarang sekali dicuci.
“GEBERAAAK!”
“Auuuwwgh!
Aw, kelewatan banget sih? Siapa yang narok nih selimut? Udah licin, ada di
lantai keramik pula. Tuhan apa Kau Tahu siapa yang sudah meletakkannya disini?
Aku mau Kau hokum dia seberat-beratnya!”, sambil mengeluh kesakitan, dan bokongku
pun ikut mengeluh rasanya, aku memaki entah siapa yang aku maki kali ini. Dan
aku rasa aku sendirian hidup di rumah ini, aku yakin itu bukan ucapan ku yang
sebenarnya jika aku menyadarinya.
Dengan
sedikit pincang dan teraduh-aduh aku melangkah meneruskan tujuanku. Langsung
saja kubilas tubuh atletisku(hhaaa :D), dengan menggunakan sabun cair menthol
sehingga tiba-tiba aku merasa menggigil tak karuan.
Malam
ini, malam minggu, malam yang memang menjadi malam yang paling ditunggu oleh
semua anak muda. Entah anak muda yang seperti apa yang mengharapkannya. Apakah
mereka yang sudah dikatakan sukses dengan usaha sendiri, atau yang masih
mengandalkan sumbangan sosial dari orang tuanya, atau memang mereka yang
mencari penghasilan dari gelapanya malam. Yah aku sendiri tak tahu, tapi
walaupun gelapnya malam, apapun yang dilakukan oleh setiap kita, Kau pasti tahu
kan, Tuhan?
Setelan
kemeja hitam dengan glownya berlengan panjang, dibalut dengan vess yang berwarna coklat, ditambah
dengan calana jeans hitam dan boots cokelat tua. Aku rasa ini pilihan yang
paling tepat. Walau terkeasan buru-buru. Lalu kutata rambutku dengan foam yang begaya spike. Banyak orang setelah berhias diri langsung bercermin, dan
begitupun aku.
“I’am ready! This is who I am. Watch out
girl. Kau juga pasti setuju kan Tuhan kalau malam ini aku setingkat lebih
keren daripada Tom Cruise?”, haha,
celotehku mulai tak karuan.
Langsung
aku keluar dari ruangan ini. Dan aku lebih memilih untuk tidak menggunakan
sepedaku. Kan ngak asik kalau suda sekeren ini harus naik sepeda. Jadi kau
lebih memilih untuk menelpon taksi, karena ditambah lagi aku sudah telat hampir
satu jam. Dan aku yakin “hell BOY” itu
menjadi orang yang menyebalkan. Sangat.
“Pak,
ke Ann Maria Club. Cepat ya, karena aku telat pak.”
“Siap!
Kalau biasanya mas kesana 30 menit, saya bisa anter kesana cukup lima belas
menit, gimana? Mau?”
“Ya
maulah pak, jadi sekarang ayo jalan tunggu apa lagi?”
“Ada
lah mas yang mau di tunggu.”
“Apa
pak?”
“Mas
mau ngak bayar double sama saya?”
“Hah?
Jangan double pak ya, tapi saya
lebihin aja nanti. Tenang aja ngak usah takut ya Pak Yo, Pak Yono?” sambil
berusaha mengeja namanya aku mencoba menawar tarif dengan beliau.
“Deal!”
Langsung
saja mobil taksi ini melaju tanpa ada pemberitahuan kepadaku sebelumnya. Dan membuat
badanku terpental kebelakang dan sedikit mengagetkan diriku. Tak berhenti
disitu. Karena Pak Yo ini menjanjikan 15 menit kepadaku, cara menyetirnnya pun
seperti rally Dakar, yang buat sport jantung
dan juga membuat tanganku melekat erat dengan handle pintu dibagian atas dan juga di permukaan dashboard taksi. Napasku juga seperti
satu-satu, tertahan karena ak takut sekali taksi ini akan menabrak kendaraan
lain yang juga menggunakan jalan yang
sama terlebih lagi jika pengendara lain juga sedang terburu-buru. “Oh,
Tuhan jangan panggil aku dulu, aku mohon. Aku belum menikah, Kau tahu kan?”
gumamku dalam hati. Aahg, menyeramkan sekali bersama Pak Yo ini. Tampilan
memang seperti pria tua, tapi jiwanya awet muda. Dan juga…
“ciiiiiit…….”
“bruuuk!”
“Kenapa
mas? Ngak benjol kan? Ngak luka kan?”
“Auutch,
ah, ada apa hari ini? Apa yang salah denganku? Pak, hati-hati dong! Kalau mau
injak remnya bilang-bilang dulu, jadi saya ka nada persiapan sebelumnya! Ngak
kayak gini ceritanya!”
“Iya,
mas. Saya minta maad. Tapi kan seharusnya mas terima kasih dengan saya,
buktikan ngak sampe 15 menit kan kita kesini. Hehehee..”
“Memang
iya Pak Yo! Tapi kan perjanjiannya tadi ngak pake benjol dan buat sport jantung!”
“Yah,
itu bukan salah saya sih, mas. Kan mas sendiri yang bela-belain ngak pake sea-belt-nya? Hahaa, tapi seru kan mas?”
“Mmmmmm.
Ini Pak Yo! Makasih yah!”
“Iya
mas sama-sama, semoga naik taksi saya lagi nanti, jadi bisa seru-seruan lagi.
Hahahaa..”
Takkan
lagi. Ini supir taksi emang suka tantangan atau orang gila? Bukan urusan. Hal
baiknya adalah aku bisa turun dengan selamat. Dan juga jantungku masih berada
di tempatnya, aku sangat bersyukur. Dan, dimana dua orang itu? Dari tadi aku
sedang mencari dimana mereka duduk di klub ini. Jangan-jangan mereka sudah
pulang? Jangan. Aku kan baru datang. Kalau benar itu kan hal yang menyebalkan. Apa mereka ngerjain aku kali
ini? Awas kalau memang seperti ini kejadiannya. Akan kuremukan muka menyebalkan
mereka dan…
“Double
L? Wouy, Jonny? Jonny Double L?”
Itu
suaraa..?? Boy!! Dan langsung saja akku berbalik dan mengarahkan langsung
diriku ke arah suara tadi. Ya, disana makhluk-makhluk planet asing itu berada.
Langsung dengan sedikit senyum dan rasa gembira yang ruuarr biasa aku kesana. Karena mereka tidak
menipu dan sedang mngerjaiku.
“Aku
kira kamu lupa Jon, sama janji kita bertiga malam ini?”
“Kalau
memang lupa, kau double L, saat kita bertemu kau akan mati saat itu juga!”
ancam Boy kepadaku.
“Ngak
lah. Aku kan tepat waktu, tepat janji, tepat aturan, dan tepat ukuran. Jadi kan
ngak mungkin banget kalau aku ngak datang malam ini. Iya kan?”
“Apa?
Tepat waktu? Haha, waktu Negara mana yang dijadikan acuan? Lo itu sudah telat
lebih dari satu jam! Kalau emang bener
waktu yang lo pake itu negara bagian barat, sudah jelas lo ngak telat, yang ada
lo dateng duluan. Ah, lo ngakunya aja uda lulus kuliah, tapi masih aja bego
liat jam!”
“Wah,
Boy. Dari tadi pagi deh kayaknya. Lo ada masalah Boy?”
“Enough! Malam hari ini, kita bertiga mau having fun sama pacar kita
dan nyariin pacar buat Jonny. Jadi ada alasan lain untuk nerusin ocehan kalian
berdua yang ngak guna? Masih mau jadi anak-anak playgroup? Dan, jonny, kenalin
ini punya aku, Shinta. Dan itu pacarnya Boy, Anggun”
“Hai,
semua. Jonny”
“Shinta.”
“Anggun.
Salam kenal ya.”
“Udah
cukup jangan lama-lama. Itu punya gue double L!”
“Iya
gue juga tahu kalau gue ini punya lo, Boy. Sudah, sekarang kita pesen makanan
aja langsung. Iya ngak?”
“Oke,
Jonny, lo mau pesen apa? Malam ini Boy yang traktir.”
“Aish,
yang bener aja? Ngak lah!”
“Oke,
kebetulan banget aku belum makan malam. Aku pesen tenderloin 2 porsi ya Boy,
ditambah lagi satu ice cream chocolate.”
Biar
tahu rasa. Mungkin semua makananku seharga dengan apa yang dilakukannya dari
pagi ini sampai malam ini. Yah, sekalian aku makan malam gratisan. Hehehe, dan
memang itu juga merupakan makanan favoritku yang sangat jarang aku nikmati
sekaligus. Walaupun Boy menderita karena harus mengeluarkan biaya ekstra untuk
diriku, tapi yang penting happy, haha…
Aku
sangat menikmati malam ini, dan Boy masih saja kesal melihat tingkahku yang
semakin aku buat-buat untuk membuatnya kesal. Potongan demi potongan masuk
dengan nyaman kedalam mulutku. Dan apa kau tahu rasanya saat ice cream
chocolate ditelan, kemudian meleleh didalam tenggorokkan dan sepanjang ice cream
menuju lambung, sensani dingin dan chocolate sangat menyenangkan.
“Ahhh,
segerr benerr… Lagi-lagi gratisan, aku suka hidup ini. Hahaha, makasih Boy.”
“Walaupun
tak rela, iya sama-sama Double L. Tapi lain kali lo yang harus traktir!”
“Oke.
Hal itu mudah, tapi kapan-kapan aja ya. Hahaahha…” sembari menikmati makan
malamku bersama mereka hal yang baru aku sadari kalau disini semuanya cantik
dan juga menggoda tentunya. Hahaha, apa Engkau pernah muda Tuhan? Hehehe,
pertanyaan yang aneh tapi aku menikmatinya. Dan akan kumanjakan mataku malam
hari ini.
Menghabiskan
malam,lagi-lagi bersama kedua sahabatku ini, terasa hal yang sudah biasa. Dan
hampir-hampir kami bertiga tahu pasti apa yang akan dilakukan oleh
masing-masing kami saat pergi bersama. Yah, itulah mungkin yang sering
dikatakan oleh banyak orang tentang persahabatan. Meskipun hal yang seperti ini
tidak memiliki pendefinisian yang pasti tentunya. Dan kembali mala mini, aku
belum juga mendapatkan kenalan yang aku juga mengharapkan jadi pacarku.
“Udah
hampir tengah malam, eh lo belum juga dapet kenalan Double L?”
“Wuish,
enak aja, aku ngak selera sama mereka” sambarku begitu saja.
“Untuk
kali ini aku sepakat sama Boy. Kok Lo ngak usaha male mini Jhony? Cuma makan
aja kerjaannya. Padahal cewek yang ada disini banyak yang ngak ada pasangan”
“Udahlah
Don, kayaknya emang bener kalo Double L ini doyan ama laki. Buktinya aja male
mini, iya kan?”
“Eeiiiiits!!”
“Emang
bener Jhon! Sekarang sudah hampir tengah malem nih, aku mau nganterin Shinta
pulang kerumah. Dan aku juga yakin Boy juga mau nganter Anggun.”
“Iya
nih, aku mau pulang, udah tengah malem, ntar aku dapet ujan local lagi dari Ibu
Kost” keluh Anggun tak tahu tertuju ke siapa.
“Okeh
Double L, gue mau ‘sapi’ dulu?” salam terakhir dari Boy.
“Hah,
apaan ‘sapi’?”
“Bahasa
Inggrisnya ‘sapi’ apa coba? CAW kan? Hahaha”
“Ahh,
aneh lo, Boy. Ditambah lagi norak.”
“Haahahha,
oke Jhony, aku juga pulang ya.”
“Daah
Jhony, see you ya” Shinta ikut berpamitan bersama Doni.
“Okeh,
hati-hati semua. Dan buat loh Boy, mati-mati dijalan ya, hahahaha”, ya seperti
itulah, tapi aku tak bermaksud serius mengucapkan hal itu terhadap Boy. Dan tak
terkecuali, aku pun ikut melangkahkan kaki keluar dari club ini. Yah, karena
tak ada teman dan ditambah tak ada kerjaan lagi yang pastinya. Walaupun
lagi-lagi tak dapat kenalan, sekarang aku harus mengucapkan, “Selamat tinggal,
malam minggu kelabu”, hahaha, walaupun ngak terlalu kelabu sih, kan dapet makan
gratisan, hahaha.
0 komentar:
Posting Komentar