Pagi yang menyenangkan
seperti biasanya. Kesibukan orang dipagi hari, hijaunya dedaunan yang ada,
angin yang sejuk dan bersahabat, dan dipandu oleh iringan paduan suara dari
para burung liar yang ada. Hal ini yang aku nikmati hampir disetiap hari. Dan
mungkin kali ini pun aku harus berterima kasih kepada Tuhan, karena dia seorang
arsitek yang sangat sempurna. Dan hampi sama sempurnanya seperti kecantikan
seorang gadis yang selalu masuk dalam daftar yang ingin aku temui di tiap
harinya.
Tiap pagi, dengan jam
yang tak pernah berubah, yakni 7.20. Aku selalu bisa mendapati dia sedang
membersihkan kafe tempatnya bekerja. Ya, dia merupakan salah satu pramuniaga
yang ada disana. Tapi sekali lagi, diantara semua pramuniaga, tak ada yang
secantik dirinya. Dan aku rasa tak akan ada yang protes. Dan Kau, Tuhan, jangan
pernah cemburu jika aku menyukainya.
Olivia. Itu nama yang
tepat untuk dia, dibandingkan dengan Jonny Double L. Dalam perjalanan ku,
selalu kesempatkan untuk berhenti sekitar 4-7 menit untuk kuhabiskan menatap
mukanya yang membuatku bahagia. Aku selalu menatapnya ditempat yang sama setiap
paginya. Di trotoar seberang jalan yang tepat sekali bersebelahan dengan sebuah
kotak pos, dan didepan sebuah toko musik. Tak kan aneh, kalau selanjutnya
timbul pertanyaan yang sama seperti biasa, “kapan aku bisa mengajaknya kencan?
Menghabiskan waktu bersama? Satu hari penuh, aku rasa tak kan membosankan.”
Sejak dua bulan yang
lalu, hal itu pun tak pernah terwujud. Entah apa yang ada di dalam benakku saat
itu dan sampai sekarang. Aku malu? Aku takut? Atau aku tak percaya diri? Ataukah aku hanya belum mencoba saja? Mungkin
itu pertanyaan yang tepat. Tapi kapan aku berani untuk memulainya?
Dalam perjalanan ku
menuju kantor, aku selalu memikirkan kapan untuk mendekatinya. Dan juga dengan
cara apa aku akan mendekatinya. Apa Kau pernah mempermasalahkan ini Tuhan, malu
untuk bertemu gadis yang sangat disukai? Haha, aku lupa karena Kau tak akan
menyukai gadis apalagi sampai hati memperebutkan Olivia dengan diriku. Karena
aku yakin kau akan mendukungku untuk mendapatkan dirinya itu. Dan untukmu ibu,
anakmu ini sedang menyukai seorang gadis yang tak kalah cantiknya dengan
dirimu.
Sesampainya dikantor,
akhirnya keputusanku sudah bulat. Aku akan mengajaknya berkenalan dan juga
bicara dengannya dengan obrolan yang menarik tentunya. Tiga hari. Ya, tiga hari
aku akan mengajaknya kencan. Dan selama
tiga hari itu aku akan selalu berkunjung dan sarapan pagi di Pineapple
Café. Tempatnya bekerja. Ya, harus seperti itu. Itulah laki-laki. Bukankah
begitu, ibu?
Dan tanpa aku sadari,
sedari tadi aku senyum sendiri sampai ke meja kerjaku. Pantas saja aku menjadi
tontonan gratis dipagi hari karena tingkah konyolku tadi.
“Selamat pagi, Pak
Crist?”
“Pagi Jonny.”
Crist Tampubolon.
Dialah pimpinan yang sekaligus pemilik advertising ini. Dan masalah tentang IT,
itulah hal yang menjadi ‘makananku’ dan dua rekanku Boy dan Doni, dan kami
bertiga dikomandoi oleh Pak Hadi. Aku, Boy dan Doni sudah menjadi three
musketeer dalam perusahaan. Karena kami
sangat menyukai pekerjaan kami, informatika yang langsung nyambung ke internet.
Kami melakukan hal-hal yang kami suka. Dan aku menjadi teringat dengan
kata-kata dari Pak Tomo, “lakukanlah apa yang kau sukai, karena hanya Tuhan-lah
yang bisa melakukan segalanya.” Dan aku sepakat dengan apa yang dikatakan
beliau.
“Hei, double L. Baru
dateng lo?” ya, jika nada yang selalu menghinaku dipagi hari ini sudah pasti si
Boy, menyapaku, dan aku tak merasa aneh dengan sebutannya itu.
“Yap, telat dikit. Tadi
ada masalah dikit di kafe”, sahutku asal saja.
“Anak mana yang ganguin
lo double L?” tambahnya lagi sok jagoan.
“Alah, sok berani, tapi
bisanya cuma keroyokan. Itu kan lo banget, Boy”, dan suara yang paling
bijaksana diantara kami bertiga, Doni.
“Haha, keluar tuh aib lo,
Boy”, maksudku membuat suasana tambah ramai.
“Siapa yang bilang? Kan
belum ada buktinya, bro. Enak aja. Eh, double L, malam ini lo ada kerjaan gak?
Gue ama Doni mau keluar bareng ama pacar-pacar kita. Ikut aja ya? Siapa tahu lo
dapet pacar nanti malem, ya gak Don?”
“Betul banget. Gue setuju
kali ini. Jadi, Jonny malem ini lo jangan gak bisa ikut hang out bareng kita.
Kalo gak, gue gak tahu lo mau diapain ma Boy, hahaha…”
“Oke deh. Malem ini gue
juga gak ada kerjaan yang penting banget. Dan siapa tahu gue dapet pacar yang
kayak lo bilang tadi Boy. Tapi kalo gak dapet, lo mesti beliin gue satu set ban
sepeda baru. Gimana, setuju gak lo?”
“Siapa takut. Oke!”
Itulah kondisi dikantor
sehari-hari. Banyak hal yang sangat menyenangkan. Memiliki sahabat seperti mereka.
Bersama-sama dengan mereka. Membuat kegaduhan bersama di ulang tahun
perusahaan. Bekerja sama dalam satu tim. Makan siang bersama. Meski bayar
sendiri-sendiri. Tapi aku menikmatinya. Menghabiskan waktu dari jam 8 sampai 4
sore, dan kecuali sabtu hanya sampai jam 3. Tak terasa bersama mereka. Dan
malam ini pun aku harus bersiap pergi bersama mereka. Walaupun hari ini pulang
dari kantor jam 3, aku harus bergegas mengayuh sepedaku. Karena aku takut
telat, dan setan Boy itu akan komat-kamit tak karuan. Ya begitulah, lain
orangnya lain-lain pulalah sifat dan kpribadiannya. Dan aku senang berteman
dengan mereka berdua.
0 komentar:
Posting Komentar